berbeban mengajak orang Kristen membangun iman, pelayanan dan kehidupan mereka berdasarkan ajaran Alkitab. Beliau juga berbeban meningkatkan mutu pendidikan teologis di Indonesia dengan cara menyediakan buku-buku yang ditulis dengan bahasa yang dikuasai pembaca dan dengan harga yang terjangkau.
Untuk mencapai sasaran ini, beliau menulis buku Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Edisi Revisi Ketiga), Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi
Perjanjian Baru (PBIK- Indonesia) Edisi Revisi 2014, dan Homiletik: Prinsip dan Metode
Berkhotbah (Cetakan keempat). Ketiga buku ini merupakan suatu kesatuan yang berguna dalam
penafsiran Alkitab dan pelayanan berkhotbah. Buku-buku ini sejak awal di distribusikan dengan
harga subsidi kepada mahasiswa/i teologis yang sedang studi di Indonesia.
Atas anugerah Allah, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Tionghoa dan Konkordansi
Perjanjian Baru (PBIK-Tionghoa) sudah diterbitkan pada tahun 2017. PBIK versi bahasa
Tionghoa ini bertujuan memenuhi kebutuhan jemaat dan lembaga pendidikan teologis yang ada
di Indonesia, Asia bahkan di negara yang lebih jauh.
Selain beberapa karya di atas, beliau akan menulis beberapa buku di bidang studi biblikal. Buku
yang sudah diterbitkan adalah Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut
Didengar (Cetakan kedua). Sedangkan dua tafsiran yang sedangkan ditulisnya adalah Tafsiran
Surat Filipi, Tafsiran Surat Yakobus.
Pdt. Hasan Sutanto pernah mengajar sebagai dosen penuh waktu di Seminari Alkitab Asia
Tenggara, Malang, Indonesia, dan Trinity Theological College, Singapura. Kini, selain tekun
mengadakan riset dan menulis, Pdt. Hasan Sutanto juga meluangkan waktu untuk pelayanan
berkhotbah, dan memberi pelatihan pemakaian PBIK-Indonesia dan PBIK-Tionghoa. Beliau
ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1987. Pdt. Sutanto dan istrinya, Esther, dikaruniai
seorang putra, Nathanael, dan seorang putri, Theodora. Kedua anaknya sudah menikah.